Menurut essay yang dibuat oleh penulis Freedom in Thought, psychological trait yang biasanya dimiliki oleh individu sukses adalah Growth Mindset. Hal ini juga disetujui oleh Bill Gates dan NASA untuk menyeleksi kandidat potensial. Terms Growth Mindset ini pertama kali diperkenalkan oleh Carol Dweck dalam bukunya yang berjudul Mindset. Berdasarkan bukunya, dia merumuskan bahwa manusia dikategorikan menjadi dua tipe yang berbeda, yaitu yang memiiki Growth Mindset dan Fixed Mindset Growth Mindset Atau dengan kata lain individu yang memiliki mindset ini percaya bahwa kecerdasan atau keahlan, di segala bidang dapat diraih melalui usaha. Pada dasarnya mereka percaya bahwa setiap individu bisa mengembangkan kemampuannya di segala hal. Fixed Mindset Sedangkan individu yang memiliki Fixed Mindset ini percaya bahwa kecerdasan dan keahlian adalah bawaan dari lahir, atau sesuatu yang kita peroleh sejak lahir. Tidak ada ruang untuk perubahan. Secara garis besar hal tersebut merupakan definisi dari Growth Mindset dan Fixed Mindset. Selanjutnya kita akan mencari tau, manakah mindset yang lebih baik? Dan bagaimana cara mengembangkan mindset tersebut? A. Growth MindsetSeseorang yang memiliki Growth Mindset memiliki pemikiran bahwa kecerdasan dan skill, di segala bidang bisa dikembangkan. Mindset atau cara berpikir adalah lensa untuk melihat dunia dan cara berpikir ini dapat meningkatkan probabilitas seorang manusia dalam meraih kesuksesannya. Kita semua merupakan gabungan dari Growth Mindset dan Fixed Mindset. Dalam beberapa bagian dalam hidup kita, kita seringkali menggunakan Growth Mindset. Di area lainnya kita menggunakan Fixed Mindset. Karenanya, penulis di video ini menyuruh kita untuk berpikir tentang kedua mindset tersebut seperti sepasang kacamata. Sebagian individu menggunakan Growth Mindset lebih sering dari yang lainnya dan sebagian lainnya menggunakan kacamata Fixed Mindset lebih sering dari yang lainnya. Bagaimanapun kita menggunakan keduanya di dalam situasi yang berbeda, Namun, penulis menyatakan bahwa kita harus lebih sering menggunakan Growth Mindset daripada Fixed Mindset, mengapa? Akan dibahas setelah ini! B. Why is the Growth Mindset Important?Banyak riset menunjukkan bahwa seseorang dengan Growth Mindset lebih sukses dibanding seseorang yang memiliki Fixed Mindset. Contohnya, sebuah studi menunjukan: “Students who held a Growth Mindset were three times more likely to score in the top 20% on the test, while students with a Fixed Mindset were four times more likely to score in the bottom 20%. [3]mindsetscholarsnetwork.org/wp-content/uploads/2015/09/What-We-Know-About-Growth-Mindset.pdf Individu dengan Growth Mindset dikenal sebagai individu yang jauh lebih resilient atau dengan kata lain tangguh yang mampu menghadapi keadaan yang sulit dan menantang. Hal tersbeut disebbabkan karena mereka memprioritaskan proses pembelajaran diatas kegagalan, mereka tidak takut terhadap resiko. Mereka memprioritaskan pertumbuhan di banding stagnansi. Dilain hal, individu dengan Fixed Mindset tidak ingin menantang diri mereka sendiri karena mereka percaya bahwa bakat dan kecerdasan adalah sebuah ketetapan, mereka melihat kegagalan sebagai serangan. Bagi mereka, kurangnya pengetahuan adalah indikator kebodohan dan kegagalan sekaligus berarti kegagalan yang akan terjadi terus menerus. Individu dengan Growth Mindset percaya bahwa mereka selalu dalam keadaan yang selalu berubah dan bertransformasi, hal tersebut menyebabkan mereka tidak menggantungkan atau melekatkan identitas mereka terhadap hasil yang mereka peroleh melainkan mereka memfokuskan diri pada proses pengembangan dan pembelajaran. Sedikit dari individu yang akan menyangkal bahwa Growth Mindset tampaknya fit nicely ke dalam realita. Kita semuamengetahui bahwa otak bisa terus belajar hingga hari dimana kita mati, hal itu ditemukan oleh neuroscience. Hal tersbut juga tampak intuitive bahwa individu harus bekerja keras dan gigh, walaupun terdapat hambatan, untuk akhirnya meraih kesuksesan. Maka, Growth Mindset terlihat lebih akurat dalam melihat realita dibandingkan dengan Fixed Mindset. Individu dengan Growth Mindset hidup dengan kesesuaian dengan kenyataan daripada individu-individu dengan Fixed Mindset. Mereka dapat membuat keputusan yang lebih benar sebagai individu dibandingkan dengan Fixed Mindset. Penulis essay pada video tersebut memberi contoh: Bayangkan dua orang pengusaha: yang satu memiliki Growth Mindset dan yang staunya lagi memiliki Fixed Mindset. Mereka berdua berada dalam tahap awal perjalanan karir entrepeneur, mereka berdua sama sama menghadapi hambatan dan dipaksa untuk membuat keputusan. Individu dengan Fixed Mindset melihat perjalanan di depannya itu panjang dan sulit karena adanya hambatan. Perjalanan itu menghalangi apa yang penting baginya: hasil. Dia percaya bahwa kewirausahaan harus mudah bagi mereka yang ditakdirkan untuk itu. Maka, karena ia memiliki pemikiran seperti itu, dia memutuskan untuk berhenti. Individu dengan Growth Mindset melihat perjalanan panjang dan sulit di depannya itu dan tersenyum. Perjalanan itu dianggapnya sebagai sebuah jalan baginya; perjalanan adalah yang terpenting. Ia akan mengambil peran sebagai orang yang mau belajar, ia menerima jalan yang panjang dan sulit sebagai gurunya. Dia akan membiarkan perjalanan itu membentuk dia menjadi individu yang dia inginkan, untuk mencapai hasil yang diinginkannya. Maka, karena ia memiliki pemikiran seperti itu, dia memutuskan untuk bertahan. Ketika kita melihat kedua contoh ini, kebanyakan dari kita akan setuju bahwa pengusaha dengan Growth Mindset memiliki pemahaman yang lebih besar tentang kenyataan. Keputusannya lebih benar. Kita tahu bahwa hal-hal membutuhkan waktu, upaya, dan strategi untuk mencapainya, tetapi seringkali sulit untuk menerapkan pemikiran semacam itu dalam praktik. Jadi, bagaimana kita bisa mengembangkan Growth Mindset? C. How do you Develop a Growth Mindset?
1. Understand it Kunci pertama untuk mengembangkan Growth Mindset sebenarnya sangat sederhana: memahami bahwa itu ada dan dan percaya bahwa otak berubah.. Neuroscience telah menunjukkan bahwa otak kita tidak tetap, dan, pada kenyataannya, mereka sangat mudah dibentuk. Kita akan selalu dapat tumbuh dan mempelajari keterampilan baru. 2. Focus on Process over Results Kunci kedua adalah fokus pada proses daripada hasil. Dweck mengatakan bahwa kita harus memuji orang lain atas upaya dan proses mereka, daripada memuji mereka untuk hasil mereka. Misalnya, lebih baik mengatakan, "Kamu belajar dengan sangat efektif untuk ujian itu dan kerja kerasmu benar-benar terbayar," daripada, "Kamu sangat pintar, kamu mendapat nilai A!" Dalam contoh sebelumnya, kita berfokus dan memuji proses siswa yang merupakan sesuatu yang dapat mereka kontrol. Harapannya, mereka akan belajar mengaitkan diri dan hasil mereka dengan proses. Namun, dalam contoh terakhir kita memuji siswa untuk hasil yang, pada akhirnya, di luar kendali mereka. Maka, siswa ini kemungkinan akan mulai mengasosiasikan diri dengan hasilnya. Penulis berpikir hal tersebut sangat penting untuk menekankan bahwa tidak mudah untuk memberi tahu Growth Mindset kepada orang lain. Tidak sesederhana memberi tahu seseorang bahwa mereka adalah pekerja keras dan bahwa mereka hanya perlu melakukan upaya atau berusaha. Mereka perlu menginternalisasi bahwa mereka dapat mengubah hasil mereka dengan mengubah proses mereka. Jadi, mereka perlu tahu cara membuat proses secara efektif, mengubahnya, dan menghasilkan hasil dari proses itu. Penulis memberikan dua solusi untuk mengembangkan Growth Mindset a. Journaling Pilih aktivitas yang ingin kita kuasai dengan baik. (Ingat, kita tidak bisa mengembangkan Growth Mindset dalam segala hal.) Misalnya, katakanlah seseorang ingin menjadi pandai matematika. Dalam jurnal, seseorang akan menuliskan proses belajar matematika. Orang itu akan membuat daftar langkah-langkah dan menulis sesuatu yang bisa di kuantisasi atau diukur untuk membantunya mencapai targetnya. Misalnya, proses mungkin terlihat seperti ini:
Selanjutnya, proses evaluasi dilakukan terhadap sistem yang telah dibuat. Katakanlah penulis sedang mencari nilai 80% atau lebih tinggi pada ujian berikutnya. Ketika orang tersebut memperoleh nilai ujiannya, ia membandingkannya dengan tujuannya. Jika lebih tinggi, ia bisa menyimpulkan bahwa sistem yang telah ia buat berfungsi. Ia juga mengatakan ia dapat merubah dan melihat apakah ada yang bisa diperbaiki atau dioptimalkan dari sistem yang ia bangun, misalnya dengan cara memeperbanyak waktu untuk latihan soal dan mengurangi waktu membaca textbook. Namun, jika nilai yang didapatkan kembali lebih rendah, maka kita perlu menelaah kembali dan memperbaiki proses atau sistem yang telah dibuat. Metode journaling ini berisi rangkaian menciptakan proses, dan memperbaikinya sampai hasil yang diinginkan tercapai akan membantu meningkatkan Growth Mindset. Karena hal tersebut membuat pikiran kita fokus pada proses yang bisa diubah. Hasilnya diukur dan diperhatikan hanya sebagai indikator seberapa baik proses tersebut bekerja. The process will say nothing about you. Prosesnya selalu dapat diperbaiki. Terkadang sesuatu yang gagal bukan berarti itu tidak berfungsi, mungkin itu hanya belum berfungsi. b. Asking an advice Ide lainnya adalah meminta saran dari teman dan guru. Temukan individu yang tepat, individu yang tepat yang dimaksud adalah mereka yang berada di posisi yang sama dengan kita atau mereka yang telah melakukan apa yang kita coba lakukan. Tanyakan kepada mereka tentang proses mereka dan lihat bagaimana tindakan kita. Kita mungkin menemukan hal-hal yang mereka lakukan, atau telah lakukan, yang ingin kita adopsi ke dalam proses kita. Baca buku tentang orang yang kita kagumi. Kemudian kita bisa menemukan detail tentang proses mereka yang dapat adaptasi ke dalam proses kita sendiri 3. Do Challenging Things Terakhir, lakukan hal-hal yang menantang in a good way. Untuk memiliki kesempatan mengembangkan Growth Mindset, kita harus melangkah keluar dari zona nyaman kita. Individu yang tidak meninggalkan zona nyaman mereka cenderung mulai percaya bahwa kesuksesan mereka adalah karena bakat bawaan, karena semuanya datang begitu mudah bagi mereka. Sebagai contoh, seorang siswa yang tidak pernah merasa kesulitan di sekolah akan mulai percaya bahwa mereka memang cerdas secara bawaan. "Saya mendapatkan nilai A, oleh karena itu saya pintar." kata mereka. Hasilnya sangat mudah diperoleh bagi mereka, sehingga mereka bahkan tidak memikirkan prosesnya. Sayangnya, semua yang mereka lihat adalah hasilnya dan melekatkan diri mereka dengan hasil. Jadi ketika mereka, mendapat nilai buruk, mereka akan berpikir bahwa mereka bodoh, karena mereka mengasosiasikan diri mereka dengan hasil. Mereka kehilangan kepercayaan pada diri mereka sendiri karena mereka tidak mendapatkan hasil yang biasa mereka terima dengan mudah. Di sisi lain, pergi keluar dari zona nyaman, akan memaksa kita untuk mengadopsi Growth Mindset untuk menghindari kehancuran karena merasa terbebani oleh kesulitan. Kita juga harus fokus dan menyesuaikan proses, karena kita tidak mungkin mencapai hasil yang kita inginkan hanya dengan berada di dalam zona nyaman kita saat ini. Dibutuhkan banyak upaya untuk berkembang dan akan selalu menjadi perjuangan untuk menghindari jatuh ke dalam Fixed Mindset. “…the path to a growth mindset is a [lifelong] journey, not a proclamation.”
0 Comments
Leave a Reply. |