"....bahwa aku tak yakin apakah aku akan mengalami Indonesia yang berubah; Indonesia yang berbeda; Indonesia yang kita inginkan bersama." Gue beli buku ini di 2018 dan waktu itu lagi ada promo cashback, dan buku ini, sama seperti Pulang mampu menyentuh sisi kemanusiaan gue. keduanya mengangkat dua masa terkelam pelanggaran hak asasi manusia yang pernah dialami negara ini, catatan hitam yang setiap orang enggan untuk membuka dan mengakuinya. Lupa berapa kali gue menahan tangis karena gue bacanya di bulan puasa, karena takut batal. Dan berapa kali akhirnya gue terisak karena bacanya malem abis sholat teraweh menuju sahur.
Respon gue abis gue baca buku ini adalah, oke gue harus baca lebih banyak sejarah dan gue pengen ikut kamisan. Walaupun sebelumnya gue udah pernah sering denger kamisan, tapi belum pernah benar-benar tergerak sampai akhirnya gue baca buku ini. Buku ini berlatar tahun 1960-1998. Buku ini menceritakan tentang Biru Laut, punyak adik namanya Asmara Jati dan kedua orang tuanya mereka sangat menikmati hari Minggu yang diisi dengan Gulai Tengkleng buatan Ibu dan lagu Blackbird – The Beatles kesukaan Bapak. Sampai akhirnya Laut pindah ke Jogja untuk studi sastra di UGM dan bergabung dengan aktivis Winatra, Laut mengambil posisi sebagai Sekjen Winatra saat itu. Kegiatan Winatra adalah membaca, mendiskusikan, mempelajari, mengkaji keadaan Indonesia saat itu. Hal tersebut dianggap mengancam pemerintah sampai pada kahirnya Laut dan teman-temannya disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, disiksa dengan es dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu. Buku ini kemudian membuat gue merenung, semua kebebasan berpendapat yang kita peroleh saat ini adalah hasil dari perjuangan teman-teman di masa lampau, bahkan sebagian dari mereka belum sempat merasakan hidup di Indonesia masa kini. Hidup di suatu keadaan yang sejak dulu mereka idam-idamkan. Namun, kita justru terpecah belah oleh kebebasan berpendapat itu sendiri, ingat kasus pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin kan? Banyak sekali pendapat, banyak sekali suara, banyak sekali hoax, Indonesia rasanya bising sekali. Gue memberi buku ini rate 4/5. Buku ini jauh lebih dari sekedar timeline atau plot tentang sejarah. Buku ini menyentuh gue dari berbagai sisi. Untuk sinopsis lebih lanjut bisa baca disini.
0 Comments
Leave a Reply. |