Jadi, empat bulan yang lalu gue sempet sign up untuk Sekolah Skenario yang diadakan oleh Ernest Prakasa secara gratis di beberapa kota, dengan persyaratan menyertakan data diri, 5 referensi film yang disuka Indonesia dan Hollywood, dan mini skenario. Dan, karena sayang kenapa gak sekalian aja list list ini di upload, sebenernya udah dari empat bulan yang lalu mau di upload, tapi baru ada waktu untuk membereskan ulang blog saat ini. Dan dengan catatan ini my top 5 favorite dari empat bulan lebih yang lalu, dan ternyata ada banyak banget nih film film Indonesia juga yang baru gue tonton dalam rentang waktu empat bulan gue, yang ternyata menggantikan posisi 5 list ini. I’ll update later! Karena waktu itu persyaratannya Cuma disuruh kasih 5 referensi film dengan penjabaran singkat, jadi begini adanya:
1. Sekala Niskala Sekala Niskala menurut saya merupakan film yang sangat unik. Film ini menceritakan concept of duality yang disisipkan dalam narasi sederhana. Film ini berkisah tentang Tantri yang mempunyai kembaran bernama Tantra yang kemudian jatuh sakit, film ini utamanya menggambarkan kesedihan Tantri yang akan ditinggal Tantra. Dimana Tantra dianggap sebagai 'yang' dari 'yin' nya Tantri. Film ini juga bercerita tentang keseimbangan. Film ini bisa menunjukan bahwa reality dan surreality hanya dibatasi oleh garis yang sangat tipis. Film ini juga mengangkat adat Bali secara sesuai dan tidak berlebihan. 2. Marlina The Murder in Four Acts Film ini di sutradarai dan ditulis naskahnya oleh salah satu sutradara favorite saya, Mouly Surya. Film ini sangat unik mengangkat tema tentang budaya patriarki yang begitu mengakar di Indonesia bagian timur. Hal itu jelas digambarkan melalui dialog antar tokoh dan perilaku tokoh. Selain itu film ini juga menggambarkan keindahan Sumba dengan cara yang tidak biasa. Film ini juga terdengar sangat filosofis diawali dengan kematian kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi dari kawan Marlina (Novi). Selain itu film ini juga mencertakan tentang budaya Sumba yang masih kental percaya dengan takhyul, diceritakan dalam adegan seseorang tanpa kepala mengikuti Marlina. "Aku tidak ingin kamu pergi. Aku juga tidak ingin kamu pulang. Yang aku ingin kamu ada." 3. Istirahatlah Kata-Kata Saya selalu suka dengan film yang berlatar waktu pra-reformasi karena akan selalu menyentil saya untuk mengingat dan kembali beterimakasih kepada siapa atas kebebasan berpendapat yang telah kita peroleh saat ini. Film ini ditulis naskahnya oleh Anggi Noen bercerita tentang drama kemanusiaan dengan subjek Wiji Thukul, yang merupakan salah satu penyair favorit saya. Film ini menceritakan sejarah tidak dengan cara-cara heroik namun film ini menceritakan sejarah dengan cara yang sunyi dan mendalam dan menyakitkan diam-diam. Film ini juga menggambarkan kemampuan Wiji Thukul untuk mengolah kata menjadi sesuatu yang penuh makna dan rasa. 4. A Copy of My Mind Film ini dibuat oleh Joko Anwar yang membuat saya sangat suka dengan film ini karena film ini sangat jujur. Saya pernah membaca interview Joko Anwar yang menyebut film ini merupakan time capsule Jakarta pada masa itu, dan saya merasakan kebenaran akan hal itu. Karena realita dan semesta yang digambarkan dalam film itu terasa sangat dekat sebagai orang yang belasan tahun hidup di Jakarta. Yang menarik, adalah tokoh Sari dan Alex yang merupakan pecinta film 'dengan cara mereka’ atau secara hukum salah. Sari selalu membeli DVD bajakan untuk menikmati film dan mempunyai cita-cita membuat home theater, begitu pun dengan Alex yang merupakan pembuat subtitle untuk DVD bajakan. Indahnya, mereka dipertemukan oleh film. "The history of the world is one of oppression. The question is, can there be history without oppression or without sadness and betrayal? It's like, when studying history, the only thing we find is betrayal. It is there, in each and every part of our life, and yet we can do nothing about it. How very tragic this is. But "life is suffering," so says the Buddha, and people cannot escape from it." 5. Gie
Saya nonton film ini, sehabis saya menyelesaikan buku Catatan Seorang Demonstran. Buku dan film ini berhasil membuat saya jatuh cinta pada Gie. Dan membuat saya mencari sosok sosok Gie dalam realita kehidupan saya. Bisa dibilang sejak saat itu, Gie adalah tipe partner idaman saya. Dan ini merupakan film favorite saya dari Riri Riza. Sebenarnya saya tidak tahu pasti apa yang membuat saya begitu jatuh cinta dengan film ini. Film ini bercerita tentang kehidupan Gie, seorang mahasiswa Universitas Indonesia dengan segala pemikiran-pemikirannya. Gie selalu mengalirkan semangat kepada siapapun yang menontonnya.
0 Comments
Leave a Reply. |